Tri kusmihartati

Saya lahir dan dibesarkan di Purworejo. Mengabdikan diri dan ingin menggapai mimpi di Jakarta karena ikut suami. Berpositif thinking, Semangat terus dan bekerja...

Selengkapnya
Navigasi Web
Letihku Baktiku ( part  8 )

Letihku Baktiku ( part 8 )

# Tantangan gurusiana# Hari ke 34

Pagi buta, Kokok suara ayam jantan peliharaan di depan rumah berbunyi dengan kerasnya. Disusul suara orang mengaji , membaca ayat-ayat Al-Qur'an sebelum waktu subuh. Sepi sunyi di luar rumah, membuat apapun yang berbunyi terdengar dengan jelas. Beberapa menit kemudian suara adzan subuh berkumandang. Uti bangun dari tidur nya. " Hari sudah waktunya sholat subuh. Nanti aku mau merapikan baju bayi. Besok aku kontrol bulan ke delapan." Katanya sendiri menyemangati diri.

" Pa... Bangun pa. Sudah waktu Subuh. Ayo bangun." Kata Uti memanggil suaminya.

" Hemmmm....." Suara jawaban Adi yang masih merasa ngantuk.

" Pa.... Ini mules pa. Perut mules ssss nihhhhh,...." Kata Uti sambil memegang perut buncitnya itu. Karena tiba-tiba rasa mules di perut nya datang. 

" Hemmmm...." Jawaban Adi seperti yang tadi.

" Astagfirullah.... Huhhhh.  Aaaahhhh....." Uti mengambil nafas panjang sambil menata hati. Aku..... Kuat...... Sayang anak ku sabar ya nak.... Kata Uti lirih mengajak bicara sang jabang bayi di perutnya. 

Beberapa kali ambil nafas dan menyemangati diri untuk tenang. Agar tidak terjadi apa-apa dengan kandungan nya. Uti berpositif thinking. Mungkin ini mules mau bab atau bak saja. Adi suaminya masih tertidur pulas di tempat tidur nya. Uti tidak mau terulang lagi kejadian pendarahan yang sering terjadi selama ini. Setelah menyelesaikan sesuatu yang dia anggap ringan tapi membuat kontraksi rahim. Setelah nyeterika, pernah keluar darah. Setelah berhubungan juga pendarahan. Hanya nyapu rumah saja, dia mules di perut nya akhirnya darah keluar. Seperti itu contoh nya. Uti tidak mau bersikeras membangunkan suaminya dan membuat kontraksi lagi.

Setelah tenang dan sudah minum segelas air putih hangat yang sudah di siapkan di meja kecil sebelah ranjang nya. Uti pun pelan-pelan menuju ke kamar mandi. Hajat kecil dan bersih-bersih. Sekalian ambil air wudhu. Lanjut sholat Subuh di kamar saja di sebelah tempat tidur nya. Dihitungan rokaat ke dua, setelah atahiyad akhir dan berdoa untuk keselamatan semua. Uti bangun pelan-pelan, tapi apa yang terjadi... Air mengalir dari kemaluannya...

" Aku pipis. Aku ngompol kok gak berasa begini ya...." Ucapnya. " Kok banyak begini. Kok putih ... Sambil mengangkat mukena nya. Paaaa.... Bangun.... Aku kenapa ini.....

" Hemmmm....".jawaban Adi yang kesekian kalinya.

" Mbakkkkk..... tolong aku." Teriak Uti memanggil kakak ipar nya Nita yang ada di kamar sebelah.

" Iya ada apa. Kamu..... Mau lahiran....?" Tanya Nita mendekati Uti.

" Begini mbakkkkk, baru saja." Jawab Uti lirih menahan segala nya.

" Adi bangun. Lihat istrimu ini. " Nita membangunkan Adi.

Adi bergegas bangun dan 

" Tunggu panggil kak Uni. Aku sholat subuh dulu."

" Jangan lama-lama. Ini segera ke dokter aja." Pesan Nita sambil memapah Uti ke tempat tidur nya.

Setelah semua ngumpul dan mengambil keputusan untuk membawa Uti ke klinik bersalin dekat rumah. Tidak ada dokter, cuma beberapa bidan yang sedang sibuk melayani pasien bersalin. Setelah diperiksa, Uti di beri obat untuk menahan mulesnya karena kehamilan nya baru mau masuk delapan. Saran bidan untuk istirahat. Nanti kalau ada tanda-tanda melahirkan berikut nya baru ke rumah sakit.

Uti pun pulang dan beristirahat. Siang pun menjelang dan waktu dhuhur datang. Bolak-balik ke kamar mandi dan lama-kelamaan mules perutnya semakin sering. " Aku ke rumah sakit saja" ajak Uti ke Adi. " Nunggu kakak pulang. Rasa nano-nano yang di rasakan Uti. Rasa mules, sakit dan panik. Hari semakin sore. Akhirnya jam lima kakak pulang dan mengantar Uti ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, Uti diperiksa dan di beri obat penguat, penahan rasa mules itu. Alasan dokter umur bayi belum mampu dan baik untuk di lahirkan. Malam hari nya begitu dicek keadaan bayi semakin tidak baik. Ternyata air ketuban sudah mulai habis.

" Ini masalah. Nanti kalau kehabisan air ketuban, anak bisa keracunan. Meninggal..." Ucap dokter

" Ayo dok ambil tindakan untuk menyelamatkan ibu dan bayi nya." Jawab kak Uni. 

" Baik, segera operasi."

" Iya dok." Jawab Adi.

" Ini berat badan bayi kecil. Kalau belum sampai 2.5 kilogram. Tolong siapkan 10 juta untuk inkubator." Kata dokter

" Ok. Kalau memang harus begitu. Kita siap uang kok dok. Yang penting mereka selamat." Tambah uni meyakinkan.

Akhirnya operasi Caesar untuk Uti dilakukan. Hamil yang kedua ini juga bermasalah sehingga harus segera operasi. Dah Dig dug  perasaan Atik, uni dan Adi yang menunggu operasi Caesar itu.

Akhirnya bayi dengan berat 26,6 gram lahir.

" Alhamdulillah..... Terima kasih ya Alloh..." Ucap Atik, Ini dan Adi hampir bersamaan ketika dokter member kabar. Berarti tidak lagi biaya 10 juta itu.

" Alhamdulillah kata dokter. Selamat ya... Bayinya laki-laki.

" Terima kasih dokter." Ucap Atik.

" Saya bisa ngadzanin dok..." Ucap Adi dengan gembira.

" Silahkan masuk..." 

Bersambung...

@ Jakarta, Senin 06042020

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post